• News
  • Watu Dandang Dan Tabet Banyumudal 

Watu Dandang Dan Tabet Banyumudal 


Kisah dua pengelana yaitu Kiai Sarakerti dan Nyai Saragati yang melakukan perjalanan napak tilas dan bertapa di petilasan Watu Dandang melatarbelakangi keberadaan Tabet Banyumudal di Grumbul Banyumudal, Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

Bukan tanpa sebab, konon keberadaan Pusaka Sada Lanang (Lidi Aren) di area petilasan Watu Dandang inilah yang membuat KiaI Sarakerti dan Nyai Saragati melakukan laku tapa.

Dalam bertapanya itulah Kiai Sarakerti dan Nyai Saragati berhasil mencabut Sada Lanang, dan bersamaan dengan itu, keluarlah semburan air yang kemudian disebut dengan Banyumudal yang berarti air yang keluar yang tidak pernah kering hingga sekarang. Ditemani Tohirin Rizal salah satu tokoh pemuda setempat, PAMOR mengunjungi tabet tersebut, Selasa (28 Juni 2022).

"Dari penuturan para pinisepuh terdahulu, Watu Dandang ini merupakan petilasan dari Nyai Rantamsari, yang kemudian buat bertapa Kiai Sarakerti dan Nyai Saragati," kata Tohirin.

Berada di sebuah lahan milik desa yang berbatasan dengan sawah pedukuhan, Watu Dandang berada disebelah timur Tabet Banyumudal. Watu Dandang berupa tumpukan batu setinggi 50-60 cm yang berdiri diantara susunan batu kali.

Sementara tidak jauh dari Watu Dandang terdapat lempeng batu berukuran besar yang oleh masyarakat sekitar disebut dengan batu gajah. Di tiga lokasi inilah banyak peziarah yang datang untuk melakukan ritual dengan berbagai tujuan.

"Yang unik disini, Tabet Banyumudal itu biasa dipakai ritual oleh pelaku atau rombongan kesenian seperti ebeg, ronggeng, sinden maupun dalang, tapi di grumbul Banyumudal ada keyakinan bahwa disini tidak boleh ada pentas ebeg, ronggeng dan wayang," ucap Tohirin.

Memang tidak ada yang tahu persis latar belakang adanya larangan tersebut, namun terlepas dari itu semua  Banyumudal merupakan sumber mata air yang sangat vital sebagai penopang keperluan hidup masyarakat Desa Sokawera.

Dan upaya untuk melestarikan keberadaan Watu Dandang dan Tabet Banyumudal,  setiap tahun pada hari Rebo Wekasan atau Rabu terakhir di bulan Safar, masyarakat Sokawera menggelar tasyakuran dengan menyembelih seekor kambing untuk dimasak dan dimakan bersama-sama di sekitar Tabet.

Kegiatan itu sebagai wujud syukur kepada Allah SWT atas sumber air yang selalu melimpah meskipun saat kemarau panjang.//ipung