- News
- Tradisi Ruwatan Bumi Adakan Pagelaran Wayang Kulit Dengan Lakon "Babad Wono Tunggorono"
Tradisi Ruwatan Bumi Adakan Pagelaran Wayang Kulit Dengan Lakon "Babad Wono Tunggorono"
- Diposting Oleh: Ipung
- Selasa, 23 Juli 2024
Purbalingga - Warga di desa tertua dilereng kaki Bukit Tukung dan Bukit Pelana mengadakan ritual "Ruwatan Bumi" dengan puncak acara menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk, di Lapangan Sepakbola, Desa Limbahsari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Sabtu (20 Juli 2024).
Pertunjukan wayang kulit yang didalangi oleh Ki Dalang Gendroyono tersebut, sebagai tanda syukur kepada tuhan Yang Maha Esa dan juga untuk menguri-nguri budaya, bahwa desa yang terkenal dengan legenda Putri Limbahsari dan juga terdapat situs makam purba yaitu Nyi Ratu Purbasari atau Ratu Situ Bondo Arum agar diberikan keselamatan, kata Ketua panitia Ruwatan Bumi, Desa Limbahsari, Iskandar.
"Ruwatan bumi ini, sebagian tanda ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, mendoakan para Leluhur, agar Warga Desa Limbahsari diberi keselamatan dunia dan akhirat, di beri kemakmuran dan kesejahteraan sekaligus dijauhkan dari bencana," ungkap Iskandar.
Pegelaran wayang kulit tersebut dengan lakon "Babad wono Tunggorono" ditandai dengan penyerahan wayang dari Kades Limbahsari kepada Ki Dalang Gendroyono. Pertunjukan budaya warisan leluhur semalam suntuk tersebut sangat meriah disaksikan ribuan warga masyarakat dari Desa tersebut dan warga Desa dekitar termasuk dari kalang kekinian turut menyaksikan yang dimulai Sabtu (20 Juli 2024) malam sekitar pukul 10.00 WIB hingga Minggu pagi pukul 04.00.
"Pentas wayang yang dengan lakon "Babad wono Tunggorono" tersebut, kata dia, menggambarkan secara umum tentang babad alas merupakan pencerminan menceritakan terbentuknya dari Desa Limbahsari olah para leluhur ", ungkapnya.
Sebelumnya, ritual ruwatan bumi tersebut menyajikan beberapa gunungan hasil bumi seperti aneka sayuran dan buah-buahan, usai diritual dalam waktu singkat yang berisi hasil bumi ludes diperebutkan warga. Meski mereka tampak seling berdesakan dan terjempet namun senang dengan hasil bumi yang didapat.
Pertunjukan wayang kulit pada ruwatan bumi merupakan hasil dari sumbangsih (urunan) dari warga, tokoh masyarakat dan Pemdes Desa Limbahsari. Pasalnya pagelaran wayang kulit hampir selama dua belas tahun baru kembali di laksanakan.
Sementara itu, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi (Tiwi) dalam sambutannya menyampaikan, Ruwatan bumi Desa Limbahsari dengan acara puncak pagelaran wayang kulit semalam suntuk merupakan, penghormatan kepada para leluhur, para pendahulu yang telah mewariskan kekayaan alam kepada anak-cucunya berupa hamparan lahan pertanian yang tetap subur, udara dan air yang tidak tercemar, serta hutan yang terjaga kelestariannya.
"Sehingga sebagai generasi penerus, sambung Tiwi, ada tanggung jawab kepada masyarakat untuk melanjutkan dan mengolah warisan kebaikan ini untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama dengan tetap memperhatikan keseimbangan alam ", jelas Bupati Wanita pertama di Purbalingga tersebut.//MN