• News
  • Panembahan Jaka Galih

Panembahan Jaka Galih


Setiap malam 1 Suro ada Ndaru yang turun dari Puncak Slamet dan menghilang di atas panembahan, itu terjadi hingga tahun 80 an saat pemukiman di area panembahan belum padat seperti saat ini. Kejadian yang masih menjadi kenangan bagi Ki Jumono (54) warga sekitar yang dijumpai Pamor, Senin (20 September 2021) di Panembahan Jaka Galih.

Meskipun tidak menyertakan cerita tutur tetapi keberadaan panembahan itu masih terjaga, demikian juga dengan peziarahnya yang datang dari berbagai daerah. Panembahan itu berupa cungkup yang berdiri dibawah rimbunnya pohon wungu dan beberapa pohon nagasari, dengan pagar berupa gundukan batu yang tersusun rapi.

Bagi masyarakat sekitar yang masih memercayai tradisi leluhur, biasanya berziarah pada hari pasaran Manis (Legi) yang konon menjadi hari baik untuk ziarah ke Panembahan Jaka Galih yang berada di kompleks pemakaman umum di belakang Pasar Manis, Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Seperti penuturan Ki Jumono yang hingga saat ini masih turut merawat dan menjaga panembahan tersebut, sekedar bersih-bersih dan merapihkan sebagaimana mestinya.

Lain halnya dengan peziarah yang datang dari luar daerah, umumnya mereka datang pada hari keramat dalam penanggalan Jawa yaitu Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon.

Seperti yang disampaikan Ki Muhtarom (68) juru kunci makam kepada Pamor, Selasa (21 September 2021). Menurutnya selama pandemi ini memang sedikit sekali peziarah yang datang mungkin karena kebanyakan dari luar daerah. Kalau sebelum pandemi setiap hari Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon banyak didatangi peziarah dengan maksud dan tujuan masing-masing.

Bagaimanapun juga Panembahan Jaka Galih sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jawa, yang keberadaannya hanya sebagai perantara saja sebab keselamatan dan keberkahan datangnya dari Sang Khaliq.//ipung.