• News
  • Mengenal Karakter Semar Dalam Pakeliran Gagrag Banyumasan

Mengenal Karakter Semar Dalam Pakeliran Gagrag Banyumasan


Semar eko denprayitno, titiyoni gondoyoni, trisunting winayang jati, kapat kalimo mongko candolo, Pat- Upate ula lanang sasisih sapi gumarang, tri watgotro tundo, yen ayamo klawu bendo.

Demikian suluk yang dikumandangkan dalang wayang kulit gagrag Banyumas saat jejer tokoh wayang Semar. Tokoh utama panakawan yang dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria.

Memiliki Karakteristik tubuh pendek, wajah putih, bokong besar, perut buncit dan berkuncung, Semar juga sering dianggap bukan laki-laki dan juga bukan perempuan. Ibarat kata, yen lanang kok duwe susu, yen wadon ning kok duwe kuncung (disebut laki-laki tapi punya payudara, disebut perempuan tapi kok berkuncung). Namun kendati demikian keluhuran Semar yang sakti dan bijaksana dianggap sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabarata.

Dalam wayang kulit gagrag banyumasan, Semar memiliki peran yang besar, tetapi mempunyai karakter pendiam dan tidak mau kelihatan. Dengan kata lain, kalau tidak dimintai tolong, dia tidak akan membantu. Seperti yang diucapkan Citut Turmanto Dalang gagrag Banyumas asal Desa Bangsa, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

"Saking sumarehnya, untuk meminta pertolongan Semar harus dengan cara mengungkit-ungkit apa yang sudah diberikan. Dengan demikian Semar akan merasa dan mau memberi pertolongan," jelas Citut saat ditemui di kediamannya, Rabu (10 Oktober 2018) lalu.

Menurutnya, meski hanya sebagai tokoh pengasuh para kesatria baik epos Mahabarata maupun Ramayana, peran Semar juga sering mengundang kontroversi baik dikalangan para dewa maupun kesatria. Salah satunya tertuang  dalam lakon Semar Bangun Kayangan.

Pada cerita ini mengisahkan tentang keinginan semar untuk membangun kayangan atau angan-angannya yaitu tentang jiwa dan pikirannya. Namun karena tidak fahamnya kalangan dewa dan kesatria, tujuan tersebut pun mendapat cibiran dan pertentangan. Bahkan di beberapa pihak keinginan semar dianggap sangat merugikan, sehingga harus digagalkan.

"Jadi dalam lakon ini tidak ada yang tahu tujuan sebenarnya Semar, sementara dikalangan para dewa menganggap semar mau membangun kayangan suralaya. Dan pertentangan itu semakin kuat ketika Betari Durga terlibat dan menghasut para dewa," terangnya.

Di semua cerita pewayangan, Betari Durga memang satu-satunya tokoh yang berperan sebagai musuh bebuyutan Semar. Segala cara dilakukan oleh Durga untuk menggagalkan apa yang menjadi keinginan dan tujuan semar, meskipun tujuan dan keinginan Semar bukan untuk dirinya pribadi. Namun kendati demikian, pada endingnya kemenangan tetap berpihak pada Semar.

Salah satu lakon dimana terjadinya pertarungan Semar dengan Betari Durga  yaitu pada lakon Buta Bajang. Lakon ini mengisahkan tentang perginya Werkudara dari Kasatrian tanpa sepengetahuan kerabat untuk bertapa. Pada cerita ini, Antasena yang merupakan anak dari Werkudara pun bermaksud untuk mencarinya. Dan atas petunjuk Semar, Antasena pun berubah wujud menjadi raksasa (buta).

Berubahnya Antasena dalam misi pencarian tersebut diiringi dengan maneges (bertapanya) Semar. Dalam laku tapanya, Semar didatangi oleh Betari Durga dengan maksud untuk menggagalkan tapa bratanya. Usaha Durga itu pun akhirnya memancing kemarahan Semar, hingga keduanya terlibat pertempuran.

"Kalau semar lagi marah, siapapun yang disurupi Durga, dialah yang jadi sasaran. Meskipun yang disurupi anak-anaknya sendiri, Semar tidak akan berhenti menyerang sebelum Durga mengakui kekalahannya. Maka tidak heran bagi yang tidak tahu, kadang Semar dianggap kurang waras," ucap Citut.

Memang tidak semua lakon pakeliran akan menampilkan peran aktif Semar. Beberapa lakon lebih menampilkan posisi Semar hanya sebagai saksi. Salah satunya dalam lakon Babad Alas Mertani  yang bercerita tentang berdirinya Keraton Amarta oleh Pandawa. Disini peran semar hanya sebagai penguat Pandawa dalam menghadapi peperangan melawan penghuni Alas Mertawi.

Semar dalam karya sastra memang hanya ditampilkan sebagai pengasuh para Pandawa yang merupakan tokoh utama epos Mahabharata. Sementara pada epos Ramayana, dalang menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama. Apapun lakonnya, Semar akan selalu muncul dan berperan disetiap pementasannya.//ipung