• News
  • Dalam Hening Candi Sukuh

Dalam Hening Candi Sukuh


Menyusuri peninggalan leluhur yang memiliki nilai sejarah tinggi dan tersebar di seluruh pelosok tanah air sangatlah menyenangkan karena tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberikan ketenangan hati. Suasana hening di Candi Sukuh berpadu hembusan angin pegunungan yang sejuk mengiringi langkah kaki yang menapak pada setiap teras.

Goresan-goresan seni yang terpahat pada bebatuan, sungguh suatu maha karya yang penuh magna. Kisah Sudhamala yang berhasil meruwat Betari Durga dari kutuk Dewa Siwa, melatar belakangi tegaknya Candi Sukuh. Dengan demikian diperkirakan Candi sukuh merupakan tempat untuk ruwatan. Sudhamala adalah sebutan untuk Raden Sadewa, tokoh Pandawa kelima, yang berarti bersih dari dosa.

Candi Sukuh merupakan salah satu objek wisata yang menawarkan keindahan, juga memberikan pengetahuan tentang religi kehidupan masyarakat jawa di jaman dahulu, sekitar abad ke-15 masehi. Seperti tertera dalam riwayat penelitian, komplek Candi Sukuh ditemukan dalam keadaan runtuh pada tahun 1815 oleh Residen Surakarta Johnson dan dipugar pada tahun 1928 oleh suaka peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Tengah. Candi Sukuh terletak di atas bukit di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1.138 meter di atas permukaan laut. Tepatnya, di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Surakarta.

Selain menawarkan keunikan dengan relief-relefnya, lokasi Candi yang terletak di atas bukit menyuguhkan pemandangan alam yang indah dan memesona. Komplek Candi Sukuh terbagi menjadi tiga teras atau halaman yang ditandai oleh gapura-gapura pada setiap pintu halaman. Pada teras pertama terdapat gapura berbentuk trapesium yang memiliki relief berupa seseorang yang sedang dimakan raksasa dan diperkirakan merupakan sengkala yang berbunyi gapura buta abang wong atau sama dengan 1359 Saka. Pada bagian lantai pintu gerbang terdapat relief phallus dan vagina yang dipahat secara naturalis.

Bangunan utama candi berupa piramid terpancung yang diatasnya terdapat altar. Di depan candi utama terdapat patung kura-kura dan relief sudhamala serta garudeya. Candi Sukuh berlatar belakang hindu dan berbentuk punden berundak yang menceritakan tentang garudeya dan sudhamala yang diperkirakan sebagai tempat upacara ruwatan atau pelepasan. Sudhamala adalah sebutan untuk Raden Sadewa tokoh pandawa kelima yang berarti bersih dari dosa. Nama Sudhamala diberikan karena telah membebaskan Betari Durga dari kutukan Dewa Siwa yang merubahnya menjadi raksasa karena telah berbuat salah kepada suaminya dan diturunkan ke bumi.

Betari Durga dapat terbebas dari kutukan Dewa Siwa setelah diruwat oleh Raden Sadewa. Sedangkan cerita garudeya bermula dari bertaruhan antara wirata dan kadru (para istri kasyapa) tentang warna ekor kuda uchchakrawa yang keluar selama pengadukan lautan susu. Sang Kadru menang karena ekor kuda telah diberi bisa oleh para naga (anak-anak kadru) sehingga warnanya menjadi hitam. Wirata yang kalah akhirnya menjadi budak kadru dan dipenjarakan di dasar bumi yang paling dalam. Ia dapat terbebas dari perbudakan apabila memberikan air kehidupan (amerta) kepada para naga. Garuda pun berusaha membebaskan ibunya dari perbudakan. Ia menuju gunung tempat amerta disimpan. Sementara itu amerta dikelilingi oleh api yang menyala-nyala.

Dengan tubuh keemasannya yang bersinar seperti matahari, sang garuda meminum air di sungai untuk memadamkan api. Namun usahanya diketahui oleh Dewa Indra sehingga terjadilah peperangan sampai akhirnya garuda dapat mengalahkan Dewa Indra, akhirnya dapat menyerahkan amerta ke para naga sehingga ibunya dibebaskan dari perbudakan.

Cerita rakyat tentang Candi Sukuh.

Menurut cerita, Candi Sukuh dibangun dalam waktu kurang dari semalam. Oleh seorang sakti yang disebut Wali, pembangunan Candi tersebut belum selesai, karena terganggu oleh seorang gadis yang menumbuk padi dan membakar jerami pada tengah malam. Sehingga membangunkan ayam jago lalu berkokok dan bersautan. Keheningan malam berubah menjadi riuh seolah fajar telah menyingsing. Akhirnya pembangunan Candi oleh Sang Wali dihentikan karena kuatir diketahui orang.

Konon Candi Sukuh sedianya akan dijadikan tempat peribadatan suci, dimana setiap yang datang harus melewati beberapa pintu gerbang yang ditandai dengan gapura. Pada lantai gapura pertama terdapat pahatan bergambar alat kelamin, sebagai pertanda bahwa siapapun yang hendak memasuki komplek Candi harus dalam keadaan suci, bersih, atau dapat mengendalikan hawa nafsu. Adapula yang mengatakan bahwa relief alat kelamin merupakan rajah pengusir bala.

Menurut cerita, relief tersebut daluhu sering dijadikan sarana untuk menguji kesucian perempuan, dengan melangkahi relief itu. Jika kain yang dikenakan robek maka perempuan itu dalam keadaan tidak suci. Bisa juga relief tersebut merupakan simbol dari intisari kehidupan "intisarining urip". Karena kesakralannya sampai sekarang gapura pertama ditutup dengan pagar dan pintu masuk candi dibuka dari arah samping. Dalam hening candi sukuh tersimpan banyak makna, sudah saatnya kita pun mengheningkan cipta untuk mengungkap apa yang sedang terjadi dan apa yang harus kita perbuat untuk negeri kita tercinta agar hidup kita lebih bermakna.

Semoga semangat bangsa Indonesia kembali berkobar dan mengembalika kepercayaannya sebagai bangsa yang besar. seperti perjuangan garuda emas yang gagah berani untuk mendapatkan air kehidupan demi menyelamatkan ibunya.//Ipung